˚˚˚♥♥˚˚˚Ana Uhibbuki Fillah˚˚˚♥♥˚˚˚



Ana uhibbuki fillah…
Kata yang indah memang. Penuh makna. Hati siapa sih yang tidak berbunga – bunga ketika mendapatkan kalimat itu? Begitu pun saya. Ketika awal – awal mendapatkan SMS berisi “Ana uhibbuki fillah…“, atau ada yang mengatakan itu, rasanya…
Saya pun jadi sering mengatakan itu kepada saudari / saudari saya dengan harapan ia pun akan merasakan getaran dan akan tumbuh bunga yang sama di hatinya.

Ana uhibbuki fillah…
Dulu…, saya sering mengucapkannya karena kata – kata itu sarat makna. Tapi sekarang…. justru karena saya sadar kata – kata itu sarat makna, saya sering menahan diri untuk tidak mengatakannya.

fillaah…
Kata itulah yang belakangan membuat saya menahan diri mengatakannya.
Aku Mencintaimu karena ALLAH. Kalimat yang indah, bahkan sangat indah. Namun, benarkah ketika dulu saya mengucapkannya kepada seseorang (saat itu saya sering mengatakannya kepada banyak orang), saya benar – benar mencintainya karena ALLAH dari hati yang paling dalam? Atau hanya sekadar pemanis bibir atau pembuat indah tulisan atau sekadar memanfaatkan karekter yang tersisa dalam SMS?
Mencintai karena ALLAH. Bukankah itu tingkat cinta yang tertinggi? Cinta yang akan membuat pelakunya mendapatkan naungan ALLAH di saat tak ada lagi naungan selain dari naungan – NYA.

Mencintai karena ALLAH. Bukankah itu berarti kita tak perlu lagi mengharap balasan cinta dari seseorang tersebut? Bukankah itu berarti cukup bagi kita mengharap balasan cinta dari ALLAH tanpa perlu peduli apakah orang tersebut balas mencintai kita atau tidak?
Jika itu definisinya, maka tidak pantas bagi saya untuk mengatakannya kecuali kepada beberapa orang saja.

Akhirnya, ingin saya sampaikan kepada Anda yang sering berkata, “Ana uhibbuka/i/kum fillaah…” benarkah itu lahir dari hati Anda yang paling dalam? Mari kita renungkan!
Jika benar, itu lahir dari hati yang paling dalam, SELAMAT!
Tapi… jika tidak…, marilah kita bersama – sama berusaha untuk mencintai saudara/i kita dengan tulus, dengan cinta karena ALLAH. Bukankah ALLAH dan Rasul – NYA sangat membenci orang – orang yang mengatakan sesuatu tetapi tidak melakukannya?

Yuuk… saling mencintai karena ALLAH! Sehingga kita dapat berkata “Ana uhibbukum fillah…” dengan mantap, tak hanya sekadar pemanis.

Yogyakarta, 31 Maret 2013

˚˚˚♥♥˚˚˚Ana Uhibbuki Fillah˚˚˚♥♥˚˚˚



Ana uhibbuki fillah…
Kata yang indah memang. Penuh makna. Hati siapa sih yang tidak berbunga – bunga ketika mendapatkan kalimat itu? Begitu pun saya. Ketika awal – awal mendapatkan SMS berisi “Ana uhibbuki fillah…“, atau ada yang mengatakan itu, rasanya…
Saya pun jadi sering mengatakan itu kepada saudari / saudari saya dengan harapan ia pun akan merasakan getaran dan akan tumbuh bunga yang sama di hatinya.

Ana uhibbuki fillah…
Dulu…, saya sering mengucapkannya karena kata – kata itu sarat makna. Tapi sekarang…. justru karena saya sadar kata – kata itu sarat makna, saya sering menahan diri untuk tidak mengatakannya.

fillaah…
Kata itulah yang belakangan membuat saya menahan diri mengatakannya.
Aku Mencintaimu karena ALLAH. Kalimat yang indah, bahkan sangat indah. Namun, benarkah ketika dulu saya mengucapkannya kepada seseorang (saat itu saya sering mengatakannya kepada banyak orang), saya benar – benar mencintainya karena ALLAH dari hati yang paling dalam? Atau hanya sekadar pemanis bibir atau pembuat indah tulisan atau sekadar memanfaatkan karekter yang tersisa dalam SMS?
Mencintai karena ALLAH. Bukankah itu tingkat cinta yang tertinggi? Cinta yang akan membuat pelakunya mendapatkan naungan ALLAH di saat tak ada lagi naungan selain dari naungan – NYA.

Mencintai karena ALLAH. Bukankah itu berarti kita tak perlu lagi mengharap balasan cinta dari seseorang tersebut? Bukankah itu berarti cukup bagi kita mengharap balasan cinta dari ALLAH tanpa perlu peduli apakah orang tersebut balas mencintai kita atau tidak?
Jika itu definisinya, maka tidak pantas bagi saya untuk mengatakannya kecuali kepada beberapa orang saja.

Akhirnya, ingin saya sampaikan kepada Anda yang sering berkata, “Ana uhibbuka/i/kum fillaah…” benarkah itu lahir dari hati Anda yang paling dalam? Mari kita renungkan!
Jika benar, itu lahir dari hati yang paling dalam, SELAMAT!
Tapi… jika tidak…, marilah kita bersama – sama berusaha untuk mencintai saudara/i kita dengan tulus, dengan cinta karena ALLAH. Bukankah ALLAH dan Rasul – NYA sangat membenci orang – orang yang mengatakan sesuatu tetapi tidak melakukannya?

Yuuk… saling mencintai karena ALLAH! Sehingga kita dapat berkata “Ana uhibbukum fillah…” dengan mantap, tak hanya sekadar pemanis.

Yogyakarta, 31 Maret 2013