Matahari semakin menanjak. Membakar Madinah yang tetap
riuh dengan beragam aktivitas didalamnya. Abu Hurairah memasuki pasar. Beliau
menyaksikan orang-orang sibuk dengan urusan perdaganganya. Dia berdiri dan
berseru, “alangkah dungunya kalian, wahai penduduk Madinah !”
“ketololan apa yang anda lihat dalam diri kami, wahai Abu
Hurairah ? “
“ peninggalan Rasulullah telah dibagi-bagi. Eh kalian
malah sibuk disini. Tidaklah kalian berkeinginan pergi untuk mengambil bagian
kalian ?”
“ dibagikan dimana ?”
“ dimasjid “
Mereka segera bergegas kemasjid. Abu Hurairah menunggu
kedatangan mereka. Ketika mereka datang wajah mereka masam. Mereka serta merta
melemparkan protes, “tidak ada apa-apa dimasjid, tidak ada pembagian apa-apa !”
“ kalian tidak melihat orang-orang disana ?”
“ kami melihat tetapi tidak ada pembagian, kecuali orang
sedang sholat dan mengkaji Al Qur’an, serta mendiskusikan halal haram, itu saja
“
“ celakalah kalian ! itulah peninggalan Rasulullah.. “
♥•°˚˚°•♥•°˚˚°•♥ •°˚˚°•♥•°˚˚°••°˚˚°•♥•°˚˚°••°˚˚°•♥•°˚˚°••°˚˚°•♥•°˚˚°••°˚˚°•♥•°˚˚°•♥
Sahabat fillah....
Kisah diatas sungguh menyindir kita. Terlebih jika
melihat surutnya semangat belajar dikalangan umat. Kebanyakan orang lebih
tertarik pada hal-hal kecil dan kurang membawa manfaat. Dunia entertaiment yang
miskin pendidikan lebih memikat masyarakat daripada keseriusan membaca dan
menelaah buku. Ngobrol dan ngegosip yang virusnya semakin dihembuskan TV, lebih
dimina ti daripada mendiskusikan ilmu. Anak-anak sekolah lebih menikmati
kongkow-kongkow daripada serius mengkaji suatu masalah. Mereka yang kuliah semakin
dilanda pragmatisme hidup dan glamor hedonisme.
Dikampung-kampung kita menyaksikan gejala yang sama.
Sekarang kita lebih kesulitan mencari-cari rumah dan masjid yang melantunkan
ayat AlQur’an selepas maghrib. Kita juga kerepotan menemukan orangtua yang
membimbing anak-anaknya belajarn begitu malam merambat. Sebagai gantinya kita
banyak menemukan suara tv yang lebih keras dibanding azan dari pengeras suara
mushola.
“janganlah engkau meremahkan suatu ilmu dalam bidang apa
saja” demikian penuturan Imam Nawawi, yang menunjukan semangat generasi salafus
saleh dalam menuntut ilmu. Kisah-kisah mereka sungguh luar biasa,
menginspirasi, dan menggerakan pikiran kita untuk mengikutinya. Mereka memiliki
tradisi belajar yang tinggi.
Merekam generasi salafus saleh dalam belajar. Sungguh
motivasi yang melandasi mereka berakar dari semangat tauhid yang menghujam
dalam. Mereka belajar karena mereka mengharap menjadi pribadi-pribadi yang
unggul dan berakhlak serta bertakwa. Ketakwaan selalu bermuara pada amal saleh,
dan amal saleh akan sempurna jika dilandasi dengan ilmu yan benar, dan ilmu
hanya bisa dicapai melalui belajar.
“ lewat beberapa masa, aku menuntut ilmu dengan motivasi
yang salah. Padahal, ilmu tidak mau dituntut kecuali karena Allah “ demikian
Imam Al Ghazali telah mengingatkan kita. Sungguh yang kita perlukan saat ini
adalah mengembalikan tradisi belajar yang telah menjadi fondasi peradaban islam
itu kedalam hidup kita. Sebuah tradisi yang berangkat dari semangat kenabian.
Semoga kita tercatat sebagai bagian dari
generasi lisana sidqin (lisan kejujuran). Wallahul Musta’an..
Semoga bermanfaat,
Salam santun ukhwah
♥•°˚♡˚°•♥